Oleh : ELHADA
Pada Agustus 2021 Kabul berhasil bebas dari penjajahan Amerika dan Sekutu yang berlangsung selama 20 tahun. Jamaah Taliban menjadi “partai” tunggal yang mengendalikan Afghanistan. Tak ada kekuatan minor atau kelompok oposisi yang menjadi pengganggu. Taliban telah berhasil memanfaatkan masa perang selama 20 tahun untuk mengkonsolidasikan persatuan, sehingga ketika Amerika hengkang transisi kekuasaan berjalan mulus.
Untungnya Taliban memegang kuat nilai Islam. Saat Amerika kabur, bisa saja kesempatan itu digunakan untuk melampiaskan balas dendam kepada para boneka AS yang selama ini menyakiti mereka dan rakyat Afghan. Tapi mereka justru memberikan pengampunan umum kepada seluruh rakyat termasuk kepada tentara boneka yang dulu memerangi mereka. Mereka tahu dan taat bahwa Islam melarang keras kekuasaan dijadikan alat untuk membalas dendam, tapi hanya sebagai alat menegakkan keadilan dan menebar kasih sayang. Mereka meniru kebijakan Nabi saw saat menaklukkan kota Makkah sehingga transisi berlangsung mulus tak terjadi drama yang mencekam.
Sebaliknya pada tataran hukum dan kekuasaan, mereka sangat ketat, tak mau kompromi. Ini juga cerminan jiwa taat yang amat kuat pada diri mereka – terutama para tokohnya – terhadap Islam. Mereka tahu kekuasaan itu milik Allah, harus digunakan untuk mewakili Allah, bukan mewakili diri sendiri atau kelompok. Atau mewakili kekuatan yang lebih besar seperti Rusia, Inggris, China, dan AS.
Karena itu, Taliban menamai kekuasaannya dengan Imarah Islamiyah Afghanistan. Maknanya, sistem politik, hukum, ekonomi dan semua sendi kekuasaan menggunakan aturan Islam secara penuh. Mereka tidak mau memberi nama Republik Islam Afghanistan, sebab dari namanya saja sudah diketahui pesan yang terkandung, yaitu sistem yang gado-gado mewadahi seluruh aspirasi rakyat, bukan hanya Islam. Diksi Islam setelah kata Republik hanya menekankan dominasi mayoritas namun tetap menerima aspirasi non Islam.
Tentu saja pilihan yang diambil Afghanistan sangat beresiko. Dunia sedang berada dalam genggaman kekuatan kufur, mereka tak rela ada sebidang tanah yang menolak tunduk kepada mereka. Ibarat preman penguasa Tanah Abang, tak boleh ada satu jengkal pun kawasan Tanah Abang yang melawan. Siapapun yang berani melawan akan disikat. AS dan Sekutu adalah preman penguasa bumi, tak akan membiarkan satu bidang tanahpun lepas dari kontrol mereka.
Masalahnya, sudah 20 tahun mereka mencoba menjinakkan Afghanistan. Nyatanya gagal, bahkan rugi besar. Mau mengulangi lagi pasti akan tambah boncos. Akhirnya mereka hanya mampu mengorkestrasi seluruh negara di dunia untuk tidak mengakui legalitas politik Imarah Islamiyah Afghanistan. Hal yang bisa mereka lakukan hanya sekedar menjegalnya sana sini. Atau memburukkan citranya agar dibenci dunia.
Afghanistan menjadi negara paling unik di dunia. Satu-satunya negara yang batas teritorialnya jelas, aman damai, ekonomi mulai bangkit, rakyatnya bahagia, dan tidak pernah bikin ulah kepada negara tetangga tapi tidak diakui kemerdekaannya secara diplomatik oleh siapapun. Sudah resmi merdeka sejak Agustus 2021 tapi hingga kini (akhir 2024) masih juga jomblo.
Israel kebalikannya. Satu-satunya negara yang tidak jelas batas teritorialnya, penjajah kejam, dan selalu bikin ulah yang menjengkelkan, tapi malah diakui dan dibela oleh AS dan Sekutu. Semoga dunia segera berubah menjadi waras, yang jahat disingkirkan dan yang baik dilegalkan.